Jumat, 11 September 2009

pemeriksaan darah dan urine

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu secara totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyusunan sosialnya. Tahapan sakit menurut Suchman dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Tahap mengalami gejala, diantaranya yaitu tahap transisi (individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya), secara fisik mengalami nyeri atau panas tinggi.
2. Tahap asumsi (tahapan peran sakit), individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman, kemudian mencari pertolongan dari profesi kesehatan.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, individu yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan, jika tidak ada gejala individu mempersiapkan dirinya untuk sembuh tetapi jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan.
4. Tahap penyembuhan, pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada kondisi sebelum sakit serta kesiapan untuk fungsi sosial.
Untuk membantu dalam proses pengobatan tersebut maka sekarang ini banyak didirikan rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Jitra Bhayangkara.
Rumah sakit Jitra Bhayangkara merupakan salah satu rumah sakit yang ada di Kota Bengkulu. Keberadaan rumah sakit ini sangat berarti bagi kepolisian yang ada di Bengkulu terutama bagi anggota polisi dan keluarganya yang sakit. Rumah sakit ini tidak hanya diperuntukkan untuk anggota kepolisian saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Sebagai wujud Tridarma Perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL), dalam rangka membantu profesi kesehatan dalam menangani pasien. Selain itu PKL ini bertujuan untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran dan sebagai salah satu syarat untuk melakukan wisuda.


1.2. Tujuan
a) Tujuan Umum
 Mahasiswa dapat mengembangkan potensi potensi pribadi secara optimal
 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja
 Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan manejerial pada dunia kerja serta pengetahuan berinteraksi dengan rekan kerja
 Mahasiswa dapat menerapkan dan membandingkan Ilmu pengetahuan akademik yang diperoleh dari kampus dengan lingkungan dunia kerja
b) Tujuan Khusus
 Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dan cara pengoperasian alat-alat laboratorium yang digunakan untuk analisis darah
 Mahasiswa dapat memahami cara kerja pemeriksaan sampel darah untuk analisis darah
 Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan lebih dalam mengenai darah dan uji klinisnya
 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja dibidang analisis kesehatan dan mampu berinteraksi dengan mitra kerja di laboratorium RS Jitra Bhayangkara Bengkulu.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DARAH
2.1.1. Komponen-Komponen Darah
Menurut Kartolo (1993) darah merupakan suatu jaringan yang bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air disebut “plasma”. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsur “jadi”. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada tiga tipe unsur “jadi” ialah sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit).
Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Darah mempunyai peranan sebagai berikut :
 Mengatur keseimbangan cairan antara darah dengan cairan jaringan
 Merupakan alat pengangkut bermacam-macam substansi
 Mengatur keseimbangan Ph darah
 Mencegah pendarahan
 Merupakan alat pertahanan tubuh
 Mengatur suhu tubuh
Darah yaitu suspensi dari pertikel dalam larutan koloid yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luas serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darah sendiri (Sylvia dan Corrain, 1992). Komponen cairan darah yang disebut plasma terdiri dari 91% sampai 92% air yang berperan sebagai medium transport, dan 7% sampai 9% terdiri dari zat padat. Unsur selular dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah yang disebut trombosit.
Eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Didalam eritrosit terdapat hemoglobin yang dapat memberikan warna merah pada eritrosit. Hemoglobin adalah protein yang kaya zat besi, dan jumlahnya kira-kira 15 gram dalam 100 mL darah. Sel darah merah ini akan hancur dan dibentuk lagi di sum-sum tulang. Jumlah normal sel darah merah adalah 4.500.000 sampai 5.500.000 (Evylen, 2005).
Menurut Kartolo (1993), sel darah putih (leukosit) bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil bening dan tidak berwarna. Leukosit terbentuk di sumsum merah tulang. Sel darah putih terdiri atas 2 jenis, yaitu granulosit (basofil, eusinofil, dan netrofil) dan agranulosit (monosit dan limfosit). Jumlah normal sel darah putih di dalam tubuh manusia adalah 6.000 sampai 10.000.
Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Trombosit sangat berperan penting dalam proses penggumpalan darah. Jumlah normal trombosit dalam tubuh manusia adalah 250.000 sampai 500.000 (Evelyn, 2005).
Pada orang dewasa, sel-sel darah merah secara normal terbentuk dalam dua organ yang serupa karena mempunyai kerangka jaringan retikuler, tetapi berbeda dalam jenis sel-sel darah yang mereka produksi. Sumsum tulang merupakan sumber normal dari sel-sel darah merah dan granulosit dan mungkin sekali juga monosit dan nodulus limpa merupakan sumber limfosit (Bevelander, et al 1998 dalam Ganong 1998).
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai sel darah merah manusia, pada Tabel 1 disajikan karakteristik sel darah merah pada manusia.

Tabel 1
KARAKTERISTIK SEL DARAH MERAH PADA MANUSIA
Karakter PRIA WANITA
Hematokrit 47 42
Jumlah sel darah merah (juta/mm3 5.4 4.8
Jumlah hemoglobin (gram/100 ml darah) 16 14
VRS (femtoliter) 87 87
JHS (picogram) 29 19
JHPVS (%) 34 34
Diameter sel rata-rata (mikron) 7.5 7.5
(Sumber : S Kartolo, 1993:47)
Keterangan : VRS : Volume rata-rata setiap sel darah merah
JHPVS : Jumlah hemoglobin per unit Volume sel darah merah
Hal lain yang berkaitan dengan karakteristik sel darah merah yaitu bahwa sel darah merah dengan VRS = 95 disebut makrosit, sel darah merah dengan VRS antara 86-95 disebut normosit dan sel darah merah dengan VRS kurang dari 86 disebut mikrosit.

Jumlah eritrosit manusia dipengaruhi oleh faktor fisiologis antara lain :
1. Umur
Eritrosit pada waktu lahir jumlahnya paling tinggi yaitu kira-kira 6.83 juta/mm3. kemudian menurun dan pada umur satu tahun jumlahnya 4 juta/mm3. kemudian jumlahnya naik lagi dan pada umur lima tahun ke atas jumlahnya 5 juta/mm3.
2. Jenis Kelamin
Pada wanita jumlahnya lebih sedikit (4.5 Juta/mm3) dibandingkan pria (5 juta/mm3).
3. Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur akan menaikkan jumlah eritrosit dan kada hemoglobin.
4. Ketinggian tempat
Manusia di daerah yang tinggi eritrosit dan hemoglobinnya akan naik. (kartolo,1993)

2.1.2 UJI WIDAL (TYPHUS)
Penyakit typhus atau demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii. Penularan penyakit ini dapat melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu pada usus halus. Melaui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa yang kemudian berkembangbiak di dalamnya sehingga menyebabkan rasa nyeri saat diraba. Kuman ini juga masuk ke kelenjar limfoid usus halus dan menyebabkan tukak (luka). Tukak tersebut dapat menyebabkan pendarahan dan perforasi (bocor) pada usus (www.sinarharapan.co.id, 2007)
Gejala-gejala yang dapat terlihat dari penyakit tifus ini adalah tidak enak badan, demam, sakit perut, sakit kulit tidak menetap, pembesaran limpa, jumlah leukosit normal atau berkurang, dapat menyebabkan komplikasi berbahaya yaitu pendarahan dan luka pada usus. Ada 3 penyakit tifus yang biasanya dialami pasien, yaitu :
1. tifus epidemik (epidemic typhus), juga dikenal sebagai tifus bawaan kutu louse
2. tifus endemik, juga dikenal sebagai tifus bawaan kutu dan tifus murine (murine typhus)
3. tifus scrub, juga dikenal sebagai tifus bawaan (chigger)
Tifus endemik disebabkan oleh Rickettsia typhii disebarkan oleh kutu tikus atau kutu kucing (opossum). Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh tifus endemik ini antara lain sakit kepala, demam, sakit sendi, muntah dan batuk. Tifus scrub disebabkan oleh Orientia tsutsugamushi dan disebarkan oleh chigger, yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti sakit kepala, demam, otot sakit, dan penghadaman/gastrointestinal (www.iwandarmansjah. web. Id, 2007).
Untuk mendeteksi penyakit tifus dalam tubuh pasien, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti uji widal dan gel kultur. Uji widal merupakan suatu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya penyakit tifus dalam tubuh pasien. Pemeriksaan widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat antibodi terhadap salmonella typhii dan S. paratyphi. Hasil positif menunjukkan bahwa pasien telah pernah terinfeksi kuman tersebut. Salmonella dapat diberantas dalam satu episode, maka harus di bedakan antara infeksi masa lalu (in the past) dan infeksi saat ini (current). Jika titer antibodinya tinggi maka kemungkinan besar ada current infection, sedangkan jika titernya rendah kemungkinan adalah residu dari past infection atau current infection berada pada fase awal di saat antibodi belum terpacu. Oleh karena kemungkinan terhadap salmonella tinggi, maka titer standar dianggap tinggi adalah lebih dari 1/80 untuk anti -O atau (www.geocities.com, 2006). Lebih dari 1/160 untuk anti –H. Anti –O adalah antibodi terhadap tubuh salmonella, sedangkan anti –H adalah antibodi terhadap flagel (rambut) salmonella. Umumnya anti –O lebih cepat turun titernya dari pada anti –H.





BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan mulai tanggal 22 Oktober 2008 sampai tanggal 22 November 2008. Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Laboratorium RS Jitra Bhayangkara POLDA Bengkulu.

3.2. Metodelogi Pelaksanaan Kegiatan
A. Protap Pengambilan Spesimen (Sampel)
A.1. Sampel Darah
A.I.1. Untuk pengambilan darah vena alat-alatnya terdiri dari:
- Spuit
- Karet pembendung
- Kapas alkohol 70 %
- Botol penampung/ tabung
- Anti koagulan (EDTA, Natrium citras 3,8 %)
- Label
Prosedur:
- Identifikasi pasien
- Siapkan alat-alat yang diperlukan
- Pilih vena yang akan ditusuk
- Bersihkan daerah tusukan dengan kapas alkohol 70 % biarkan kering
- Tegangkan kulit di dekat pembuluh vena supaya vena jangan bergerak
- Tusukkan kulit dengan nald jarum yang terpasang pada spuit, sampai jarum masuk keluar vena dengan sudut antara jarum dan tangan kurang lebih 15 derajat
- Lepaskan/renggangkan pembendungan lalu dengan pelan-pelan tarik pengisap spuit sampai jumlah darah yang dikehendaki cukup
- Lepaskan karet pembendung taruhkan kapas di atas jarum lalu cabut spuit dan jarum tersebut
- Mintalah kepada orang yang diambil darahnya supaya tempat tusukan ditekan dengan kapas
- Jarum dilepaskan dari spuit, lalu alirkan darah perlahan-lahan ke dalam botol / tabung yang telah disiapkan (diberi label)
A. 1.2. Pengambilan Darah Kapiler
- Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70 % biarkan kering
- Teteskan darah pertama, dihapus dengan kapas jari pasien ditekan, tetesan selanjutnya masukkan ke dalam tabung kapiler, biarkan darah masuk ke tabung tersebut dengan daya kapilernya sendiri
- Bila darah yang masuk ke dalam tabung kurang lebih 2/3 volume (sudah cukup), tutup dengan kapas jari pasien tersebut
A.2. Prosedur Pengambilan Sampel Urine:
- Identifikasi pasien
- Botol diberi label nama/kode
- Berikan kepada pasien untuk mengambil urine. Botol yang steril dan kering.
- Biasakan bahan pemeriksaan urine yang dipakai urine sewaktu, urine pagi/urine puasa, urine postprandial.

B. Jenis-jenis pemeriksaan
B.1. Pemeriksaan Hematologi
B.1.1.Pemeriksaan Hb ( hemoglobin )
Alat-alat dan bahan yang digunakan yaitu:
- Pipet 20 ul
- Makropipet/dispenser 5.0 ml
- Tabung Reaksi
- Photometer
- Darah


Cara Kerja:
1. Dipipet darah 20 ul, masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml. Aduk hingga bercampur.
2. Baca absorban test terhadap blanko setelah 5 menit pada panjang gelombang 540 -546 nm.
Perhitungan: Kadar Hb (G/dl) = Absorban test X faktor
B.1.2.Pemeriksaan Leukosit
Persiapan alat-alat dan bahan
- Kamar hitung Imperoved Newbauer.
- Decglass
- Mikroskop
- larutan Turk
- Darah
Prosedur:
Darah dihisap sampai tanda 0.5 dengan pipet leukosit.
a. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
b. Isap larutan turk sampai tanda 11.
c. Pipet dikocok sampai 15 - 30 detik.
d. Dibuang 3-4 tetes pertama, tetes selanjutnya masukkan ke kamar hitung yang telah ditutup dengan deeglass.
e. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali. Hitung jumlah sel darah 64 bidang sedang.
Perhitungan :
- Panjang %
- Lebar %
- Tinggi 1/10
isi 1 kotak = 1A mm x 1A mm x 1/10 mm = 1/60 mm
isi | 64 kotak = 64 x 1/60 = 64/160 mm3
Pengenceran : Darah diisap 0,5. Turk II pengeceran 20 kali
Misal: jumlah sel leukosit yang ditemukan = a, maka jumlah sel leukosit 1 mm3.
= ax 160/64x20
= a x 2,5 x 20
a x 50 = X mm3 darah

B.1.3. Pemeriksaan hitung jenis leukosit.
a. Pembuatan sediaan apus darah dan pewarnaan dengan larutan Wright.
Alat dan Bahan
- larutan wright
- larutan buffer pH 6,4
Prosedur:
- Letakkan sediaan yang akan diwarnai di atas rak pewarnaan dengan lapisan darah bagian atas.
- Teteskan di atas sediaan sebanyak 3-4 tetes larutan wright, biarkan selama 2 menit
- Lalu teteskan pula sama banyaknya larutan buffer pH 6,4 biarkan selama 12 -15 menit.
- Siramlah sediaan itu air kran mula-mula perlahan-lahan kemudian keras-keras.
- Taruhlan sediaan itu dengan vertikal dan biarkan kering di udara.
b. Hitung jenis leukosit
Alat dan Bahan
- Sediaan apus
- Mikroskop
- Diverentikal counter
Prosedur :
- Sediaan apus darah yang telah diwarnai diletakkan di atas meja.
- Periksa dengan pembesaran lensa objektif 100 kali.
- Pilihlah sebagian dari sediaan yag cukup tipis dan penyebaran leukosit yang merata
- Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindah ke arah bawah dengan menggunakan alat pengatur arah pada mikroskop.
- Pada pinggir bawah geserkan ke kanan agak lebih banyak dari lapangan imersi, sisanya di pinggir atas geserkan ke kanan lagi dan kemudian ke arah bawah
- Lakukan pekerjaan ini terus- menerus sampai ditemukan sel leukosit dihitung menurut jenisnya dalam 100 sel leukosit.
- Laporkan hasil hitung jenis leukosit dengan urutan yang benar yaitu :
a. Basofil
b. Eosinofil
c. Nctrofil batang
d. Netrofil segnien
e. Liinfosit
f. Monosil
B.1.4. Pemeriksaan Laju Endapan Darah (LED)
Prosedur:
- Darah dicampur dengan Larutan Natrium citros 3,8 % dengan perbandingan 4 : 1 (1,6 ml darah : 0,4 ml Natrium citros).
- Diisap darah tersebut dengan pipiet wastegren sampai darah 0 mm.
- Lalu ditegakkan pada standar westegren selama 1 jam pada posisi tegak lurus.
- Hasil dilaporkan dalam satuan mm/jam.

B.1.5. Pemeriksaan DDR (Malaria)
Alat dan Bahan :
 Objek glass dan lancet
 Reagent Giemsa
Prosedur :
- Dibersihkan jari dengan kapas alkohol 70 %
- Jari ditusuk dengan lancet sedalam 3 mm, darah pertama dihapus dengan kapas kering.
- Darah kedua diteteskan ke objek glass, dibuat sediaan apus darah tebal, sediaan dikeringkan pada suhu kamar.
- Sediaan darah dihemolisir terlebih dahulu dengan aquadest sampai warnanya agak pucat.
- Selanjutnya diwarnai dengan larutan giemsa 10 %, caranya: 1 tetes larutan Giemsa diencerkan dengan buffer pH 7,2 sebanyak 1 ml didiamkan selama 20 menit.
- Lalu dicuci dengan aquadest, biarkan kering di udara.
- Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 5 kali dan lensa objektifl 100 kali. Hasil dilaporkan:
a) Adanya malaria positif ditulis F (+) / V (+) bila ditemukan bentuk ring Falcifarum / vivax ring dan tropozoid.
b) Jika ditemukan bentuk ring Falcifarum dan Gametosit falcifarum dilaporkan F + g (+) positif.
c) Bentuk campuran dari P. falcifarum dan P.vivax dilaporkan : Mixed V + f
B.1.6. Pemeriksaan darah Trombosit
Alat-alat dan Bahan :
- Objek glass
- Bilik hitung
- Pipet thoma eritrosit
- Lancet
- Reagen larutan Wright
Prosedur:
- Buat sediaan apus darah tipis, biarkan kering
- Warnai sediaan yang sudah kering tersebut, dengan pewamaan Wright selama 2 menit, kelebihan larutan Wright dibuang.
- Lalu teteskan dengan larutan penyangga pH 6,4 sama banyak selama 15 menit Siramlah sediaan itu dengan air, lalu keringkan
- Hitunglah jumlah trombosit dalam 1000 eritrosit.
- Hitung juga jumlah eritrosit dalam bilik hitung.
Hasil dilaporkan :
Jadi jumlah sel trombosit yang dilaporkan dalam satuan darah nilai normal trombosit: 150.000 - 400.000 / mm3 darah.

B.2. Pemeriksaan Urine Rutin
B.2.1. Pemeriksaan Warna Urine
Memperhatikan warna urine. Nyatakan warna urine dengan perkataan seperti:
- Tidak berwarna : Kuning muda
- Kuning : Putih tanpa susu
- Kuning tua : Hijau merah
- Kuning bercampur merah : Coklat
- Coklat kuning bercampur hijau : Coklat tua

B.2.2. Pemeriksaan Kejernihan
Memperhatikan kejernihan. Nyatakan pendapat dengan salah satu dari :
- Jernih
- Agak keruh
- Keruh
- Sangat keruh

B.2.3. Pemeriksaan pH (derajat keasaman)
Penetapan reaksi dengan kertas lakmus biru dan merah.
Prosedur:
Dicelupkan kertas lakmus merah dan biru ke dalam urine, Jika terjadi perubahan warna kertas lakmus biru menjadi merah menunjukan urine asam, kertas lakmus merah menjadi biru menunjukan basa.

B.2.4. Pemeriksaan protein
Metode pemanasan dengan asam asetat 6%
Prosedur :
- Dimasukkan urine jernih ke dalam tabung reaksi
- Urine dipanaskan di atas nyala api sampai mendidih selama 30 detik
- Bila terjadi kekeruhan dideteksi 3 - 5 tetes larutan asam asetat 6 % jika kekeruhan masih ada protein positif.

Cara penilaian positif/negatif
1. Negatif: tidak ada kekeruhan
2. Positif I: ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir kadar protein 0,01-0,05
3. Positif II: Kekeruhan dengan mudah dapat dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan itu.
4. Positif III: Urine jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0.2-0,5
5. Positif IV : Urine sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar.

B.2.5. Pemeriksaan Glukosa Urine
Cara Fehling:
Reagen fehling A dan fehling B
Prosedur:
- Dimasukkan reagen fehling A sebanyak 1 ml dan fehling B sebanyak 1 ml
- Dimasukkan urine sebanyak 2 ml lalu dicampur
- Dipanaskan sampai mendidih di atas nyala api lalu didinginkan, bila terjadi perubahan baru dibaca, hasil pemeriksaan:
Penilaian hasil reduksi:
1. Negatif : tetap baru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
2. Positif I : hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1 % glukosa)
3. Positif II : kuning keruh ( 1-1,5 % glukosa)
4. Positif III : jinggga atau warna lumpur keruh (2-3,5 % glukosa)
5. Positif IV : merah keruh (> 3,5 % glukosa)
B.2.6. Pemeriksaan Bilirubin Urine
Metode Harisson
Prosedur:
- 5 ml urine yang lebih dahulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 ml BaC12 10 %, dicampur dan disaring
- Kertas saring yang berisi presipital diangkat dari corong, dibuka lipatannya. Dibiarkan beberapa lama sampai agak kering
- Diteteskan 2-3 tetes reagen fouchet saring itu
- Timbulnya warna menandakan adanya bilirubin.
B.2.7. Pemeriksaan Sediment
Cara Mikroskopik
Prosedur:
- Urine dikocok dalam botol supaya sedimen bercampur dengan cairan atas Dimasukkan 7-8 ml urine ke dalam tabung reaksi, disentrifuge selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
- Dituang cairan atas keluar dari tabung dengan satu gerakan yang agak cepat, lalu ditegakkan lagi tabung hingga cairan yang masih melekat pada dinding mengalir kembali ke dasar tabung.
- Tabung dikocok untuk meresuspensikan sediment
- Dengan menggunakan pipet pasteur ditaruh 2 tetes dari sediment tersebut ke kaca objek dan ditutup masing-masing tetes dengan kaca penutup
- Diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 10 kali lalu 40 kali
- Dilaporkan pendapat mengenai unsur-unsur sediment yang ada.
- Dilaporkan dalam satuan / LPK (Lapangan Pandang Kecil)

B.3. Pemeriksaan Kimia Klinik
B.3.1. Pemeriksaan Biiirubin D + T liquicolor
Total Biiirubin
Reagen : R1 : 1 x 100 ml Reagen Total Bilirubin
R2 : 1 x 6 ml Reagen T- Vitrit
Direct Bilirubin :
R3 : 1 x 100 ml Reagen Direct Biiirubin
R4 : 1 x 6 ml Reagen D- Nitrit
Reagen siap pakai, reagen stabil sampai kadaluarsa bila disimpan pada 15 - 25 °C.
Sampel : Serum
Prosedur :
- Panjang gelombang Hg 546 nm
- Tebal kuret, 1 cm
- Pengukuran terhadap blangko sampel

Total Bilirubin
BS SAMPEL
Rl 1000 1000
Rl - 1 Tetes
Campur baik-baik
Scsmpel 100 100
Campur, inkubasi 10-30 menit, ukur abs sampel terhadap blangko sampel.

Direk Bilirubin
BS SAMPEL
R3 1000 1000
R4 - 1 Tetes
Campur baik-baik
Sampel 100 100
Campur, inkubasi tepat 5 menit, ukur abs sampel terhadap blangko sampel (dA)

Kalkulasi
Hitung kosentrasi dengan faktor
Abs sampel x 13,0 mg/dl
B.3.2. Pemeriksaan SGOT/SGPT (ASAT/ALAT)
Reagen : RAI x 160 ml = 4
RB I x 40 ml = 1
Persiapan Reagen:
Encerkan reagen dengan perbandingan 1 : 4
Dengan stabil sampai masa kadaluarsa bila disimpan setelah 2-8 °C
Sampel: Serum


Prosedur:
1. Masukkan dalam kuvet
emperatur Reaksi 37 °C 30 °C
Reagen Kerja Sampel 1.0ml
50 ul 1,0 ml
100 ul

2. Setelah 1 menit baca pada photometer
Temperatur 25 °C/30 °C Semi mikro

Sampel Reagen 200
1000
Temperatur 37 °C Semi mikro

Sampel Reagen 100
1000

Campur, ukurlah abs setelah 1 menit pada saat yang bersamaan jalankan stopwatch, ukur Abs tepat setelah 1,2,3 menit. Hitunglah dA/menit.
Kalkulasi:
Faktor untuk semi mikro :
Temperatur 25 °C/30 °C 37 °C
Hg334
340
Hg365 971
952
1765 1780
1745
9325

Nilai Normal 25 37
Pria
Wanita s/d18
s/d!5 s/d37
s/d31

B.3.3. Pemeriksaan SGPT (Alat)
Reagen Rl : 1 x 110 ml Buffer
R2 : 7 x 15 ml Subrat
Persiapan reagen:
Encerkan isi 1 botol subtrat ( R2 ) dengan 15 ml Buffer dari Rl
Stabilitas sampai masa kadaluarsa bila disimpan pada 2-8 °C.
Setelah diencerkan reagan stabil selama 5 hari pada 2 - 8 °C atau jam pada 15 - 25 °C.
Sampel: Serum
Prosedur:
Panjang gelombang 5 Hg 365, 340, 334 nm. Tebal kuvet 1 cm
Temperatur : 25, 30 atau 37 °C Pengukuran terhadap udara (penurunan Abs)
Temperatur
25/35 °C Semi mikro
Makro

Sampel
Reagen
200 ul
1000 ul 500 ul
3000 ul

Temperatur 37
°C Semi mikro
Makro
Sampel
Reagen 100 ul
1000 ul 500 ul
3000 ul

Campur. ukurlah Abs setelah 1 menit dan pada saat yang bersamaan jalankan Stopwact ukur Abs, tepat setelah 1,2,3 menit. Hitunglah dA/ menit Kalkulasi:
Temperatur Semi mikro Makro
Hg 334
340
Hg365 971
952
1765 1780
1745
3235



Nilai normal
Temperatur 25 30 37
Pria s/d22 s/d30 s/d42
Wanita s/d17 s/d23 s/d32

B.3.4. Pemeriksaan Cholestrol Liquidar
Reagen : Rl 4 x 30 : 3 x 250 atau 4 x 100 ml reagen
Standar : 3 ml standar 200 mg/ dl
Persiapan Reagen:
Reagen dan standar siap pakai tanpa pengenceran
Stabilitas reagen sampai dengan masa kadaluarsa bila disimpan 2 - 8 °C
Sampel: Serum
Prosedur:
Panjang gelombang Hg 546 ( 500) nm
Tebal kuvet: 1 cm
Temperatur : 20 – 25 °C

Pengukuran terhadap blanko reagen
RB Standar Sampel
Sampel (ul) - - 10
Standar (ul) - 10 -
Reagen (ul) 1000 1000 1000
Campur, inkubasi 20 menit (20-25 °C) atau 10 menit (37 °C) ukur absorban standar (A std) dan sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit

Kalkulasi: e (mg/dl) =

Nilai normal:
Dicurigai : di atas 220 mg/dl
Meningkat : di atas 260 mg/dl
B.3.5. Triglyscrid - GPO
Reagen : Rl(10720)10x15 ml
: R2 (10720) 1 x 3 ml
Standar 3 ml standar 200 ml / dl
Persiapan reagen:
10720 : pipet 250 ul R2 ke dalam botol Rl. campur, biarkan 15 menit sebelum digunakan. Stabilitas reagen sampai dengan masa kadaluarsa bila disimpan pada 2 - 8 °C.
Sampel : Serum
Prosedur:
Panjang gelombang Hg 546 (nm)
Tebal kuvet: 1 cm
Temperatur : 20 - 25 °C
Pengukuran terhadap blanko reagen
RB Standar Sampel
Sampel - - 10 ul
Standar - 10 ul -
Reagen Warna 1000 1000 ul 1000 ul
Campur, inkubasi 20 menit (20-25 °C) atau 5 menit (37 °C) ukur absorban standar dan sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit

Kalkulasi dengan standar e (mg/dl)
Nilai normal : 72 – 72 mg/dl
B.3.6. Urea luquicolor
Reagen : Urea (10505) kit:
Rl : 100 ml
R2 :100ml
R3 : 1 ml
Standar : 3 ml standar urea 80 mg/dl
Persiapan reagen:
RIA : campurkan reagen 3 dengan reagen 1 sebagai berikut:
Misal: 1 ml R3 +100ml Rl+(1 + 100bagian)
R2 dan standar siap pakai stabilitas reagen sampai dengan masa kadaluarsa bila disimpan pada 2-8 °C
Bila reagen dan standar telah dibuka stabil sampai dengan 6 minggu pada 2 -8°C.
Sampel: serum, jangan gunakan serum lipemik
Prosedur:
Panjang gelombang Hg 578 Tebal kuvet: 1 cm Temperatur : 20 - 25 °C
Pengukuran terhadap blanko reagen
RB Standar Sampel
Sampel - - 10 ul
Standar - 10 ul -
Reagen RIA 1000 1000 ul 1000 ul
Campur, inkubasi 5 menit (20-25 °C atau 3 menit ( 37 °C)
Reagen R2 1000 ul
1000ul
1000 ul

Campur, inkubasi 10 menit pada 20 - 25 °C atau 3 menit pada 37 °C ukur absorban standar dan sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit

Kalkulasi:
Hitung kosentrasi urea
Serum / plasma = x 80 mg/dl
Nilai normal: Serum : 10-50 mg/dl

B.3.7. Pemeriksaan Creatinine Liquicolor Reagen
Rl : 100 ml asam pikrat
R2 :100 ml natrium hidroksida
Standar : 25 ml larutan standar 2 mg / dl
Persiapan reagen:
R2A : encerkan R2 (NaOH) dengan aquadest 1 + 4
Reagen kerja : campur dengan perbandingan sama banyak Rl + R2A larutan
Standar siap pakai. Stabilitas reagen sampai dengan masa kadaluarsa bila disimpan pada 20 - 25 °C. Setelah dicampur reagen stabil selama 32 jam pada 15 - 25°C.
Sampel : Serum
Prosedur:
Panjang gelombang : Hg 492 (490 - 510) nm
Tebal kuvet : 1 cm
Pengukuran terhadap udara (peningkatan absorban)
RB Standar Sampel
Sampel - - 20 ul
Standar - 20 ul -
Reagen Wania 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Campur, inkubasi 10 menit (20-25 °C) atau 5 menit (37 °C) ukur absorban standar dan sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit

Hitunglah dA (std) dan Da (spl) sebagai berikut :
dA (std) = A2 (std) – A1 (std)
dA (spl) = A2 (spl) – A1 (spl)
Nilai normal :
Pria : 0,6 – 1,1, mg%
Wanita : 0,5 – 0,9 mg %

B.3.8.Uric Acid
Reagen : R1 4 x 30 ml
Standar : 3 ml standar 8 mg %
Persiapan reagen : reagen dan standar siap dipakai tanpa pengenceran
Stabilitas reagen : reagen stabil sampei dengan masa kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2 – 8oC, setelah dibuka diambil 2 minggu pada suhu 15 – 25oC
Sampel : Serum
Prosedur :
Panjang gelombang Hg 546 (500) nm
Tebal kuvet : 1 cm
Temperature : 20 – 25oC

Pengukuran terhadap blanko reagen
RB Standar Sampel
Sampel - - 20 ul
Standar - 20 ul -
Reagen Wania 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Campur, inkubasi 10 menit (20-25 °C) atau 5 menit (37 °C) ukur absorban standar dan sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 60 menit

Kalkulasi : dengan standar
Serum c (mg/dl) = 8 x

Nilai normal
Pria : 1,4 – 7,0 mg/dl
Wanita : 2,4 – 5,7 mg/dl
B.3.9. Pemeriksaan Glukosa
Reagen Rl : 4 x 100 ml atau 1000 ml enzim reagen
Standar : 3 ml standar 100 ml / dl
Persiapan reagen :
Reagen siap dipakai tanpa pengenceran
Stabilitas reagen :
Reagen stabil sampai dengan masa kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8 °C.
Stabil 2 minggu pada suhu 1 5 - 25 °C reagen dibuka.
Sampel : Serum
Prosedur :
Panjang gelombang Hg 546 nm
Tebal kuvet : 1 cm
Temperatur : 20 - 25 °C atau 37 °C
pengukuran terhadap blanko reagen
RB Standar Sampel
Sampel ( ul ) - - 10 ul
Standar ( ul) - 10ul -
Reagen Warna 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Campur, inkubasi 10 menit (20-25 °C) atau 5 menit (37 °C) ukur absorban standar dan sampel terhadap blanko reagen.

Kalkulasi:
c (mg/dl) = 100 x
Nilai normal:
Puasa serum : 75 - 115 mg / dl
Sewaktu : s/d 140 mg %

B.4. IMMUNOLOGI / SEROLOGI
B.4.1.Hbs Ag Hexagon
Reagen : strip test dalam wadah aluminium foil dengan penutup dan desican. Penyimpanan dan Stabilitas: Hexagon Hbs Ag Human stabil sampai dengan masa kadaluwarsa bila disimpan pada 2 - 30 °C pada tempat kering penutup harus selalu terpasang dengan baik.
Sampel : Serum
Prosedur :
Sesuaikan temperatur strip dan sampel dengan kamar sebelum digunakan
1. Ambil sejumlah strip test, pegang hanya bagian atas strip test dengan tanda panah terarah ke bawah.
2. Celupkan strip test ke dalam tabung dengan 0,25 — 0,5 ml sampel jangan sampai menyentuh foil biru.
3. Jangan gerakan strip selama proses chromatografi.
4. Bacalah hasil 20 menit setelah dicelupkan dalam sampel. Hasil pemeriksaan positif (2 garis) biasanya setelah 5 menit. Hasil negatif hanya dapat dikonfimasi setelah 20 menit.

B.4.2. Pemeriksaan widal secara slide
Reagen :
- H antigen
- O antigen
Alat-alat
- Objecglass
- Tangkai pengaduk
Prosedur :
1. Sediakan objekglass yang bersih, lalu teteskan serum di atas kaca objek tadi. Lalu tambahkan antigen H sebanyak 1 tetes dan aduk sampai rata dan goyang-goyangkan selama 1-2 menit kita lihat apakah terjadi aglutinasi ( gumpalan ) kalau terjadi aglutinasi berarti positif (+),
2. Maka kita lanjutkan dengan kuantitatif. Teteskan serum ke atas objecglass sebanyak 0,01 cc tambahkan antigen 1 tetes, aduk dengan tangkai pengaduk selama 30 detik dan goyang-goyangkan selama 1-2 menit, lalu baca apakah masih terjadi aglutinasi kalau masih terjadi aglutinasi makaa test kita lanjutkan sampai aglutinasi hilang.
3. Begitu juga untuk antigen O. Cara kerja dan pembacaan sama.
4. Perbandingan : serum dan antigen serta nilainya.
0,02 cc 1 tetes 1/80
0,01 cc 1 tetes 1/160
0,005 cc 1 tetes 1/320
0,025 cc 1 tetes 1/640
5. Hasil dilaporkan sebagai berikut: (+) positif/ negatif (sesuai titer)
B.4.3. Pemeriksaan Test Kehamilan
Methode Ones Step Urine
Reagen : Strip Test Lotus ( dalam kemasan wadah aluminium foil dengan penutup dan design).
Penyimpanan dan Stabilitas
Strip dapat disimpan dalam refrigator atau suhu kamar ( 2 - 30 °C ) sampai dengan masa kadaluarsa.
Prosedur:
1. Strip sampel pasien, dibiarkan pada suhu kamar.
2. celupkan strip ke dalam tabling urine dengan hati-hati sampai tanda batas.
3. Jangan gerakan strip proses cromotografi.
4. Bacalah hasil 40 - 90 detik, setelah dicelupkan dalam sampel.
5. Hasil positif ( 2 garis) biasanya timbul setelah 5 menit. Hasil negatif hanya dapat dikonfirmasi setelah 10 menit.
Hasil dilaporkan (+) positif/ (-) negatif.
Menggunakan reagen HCG Latex:
1 tetes reagen + 1 tetes urine dihomogenkan di atas rotator selama 1 menit lalu diamati ada tidaknya aglutinasi. Agluthiasi berupa butiran-butiran kasar. Hasil positif jika ada butiran-butiran kasar berwarna putih keruh dan hasil negatif jika tidak ada butiran-butiran kasar. Metode ini mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibanding dengan metode strip test lotus.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel hasil pengukuran
Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Hematrokit, DDR
Pasien Rumah Sakit Jitra Bhayangkara
Bulan Oktober - November 2008
NO TANGGGAL HB (g/dl) L (µl) TR (µl) HT (%) DDR
l. 22 Oktober 2008 13,4 8.400 158.000 42 (+)
2. 23 Oktober 2008 15.3 13.100 250.000 43 (+)
3. 24 Oktober 2008 12,0 4.100 208.000 44 - (neg)
4. 25 Oktober 2008 13,4 8.400 158.000 42 (+)
5. 26 Oktober 2008 14,9 10.600 269.000 44 (+)
6. 27 Oktober 2008 14,0 10.800 373.000 40 (+)
7. 28 Oktober 2008 15,5 7.000 104.000 47 (+)
8. 29 Oktober 2008 13,4 8.400 158.000 42 (+)
9. 30 Oktober 2008 15.3 13.100 250.000 43 (+)
10. 31 Oktober 2008 14,9 10.600 269.000 44 (+)
11. 1 November 2008 14,4 9.300 297.000 37 - (neg)
12. 2 November 2008 10,9 9.300 297.000 37 - (neg)
13. 3 November 2008 11,0 7.900 327.000 44 - (neg)
14. 4 November 2008 13,4 8.400 158.000 42 (+)
15. 5 November 2008 12,3 6.300 282.000 37 (+)
16. 6 November 2008 11,7 6.800 242.000 44 (+)
17. 7 November 2008 14,4 9.300 297.000 37 - (neg)
18. 8 November 2008 13,3 5.300 353.000 37 (+)
19. 9 November 2008 12,3 11.600 389.000 42 (+)
20. 10 November 2008 13,4 10.500 198.000 42 (+)
Keterangan :
Hb = Hemoglobin, L = Leukosit, Tr = Trombosit, Ht = Hematrokit
Tabel hasil pengukuran
Uji Widal Pasien Rumah Sakit Jitra Bhayangkara
Pada bulan oktober - november 2008
No Tanggal Test Widal
O H
l. 22 Oktober 2008 1/160 - (neg)
2. 23 Oktober 2008 1/80 1/320
3. 24 Oktober 2008 - (neg) 1/80
4. 25 Oktober 2008 1/160 - (neg)
5. 26 Oktober 2008 -(neg) 1/80
6. 27 Oktober 2008 1/320 1/320
7. 28 Oktober 2008 1/80 1/160
8. 29 Oktober 2008 - (neg) - (neg)
9. 30 Oktober 2008 1/80 1/80
10. 31 Oktober 2008 1/320 1/80
11. 1 November 2008 - (neg) - (neg)
12. 2 November 2008 1/80 - (neg)
13. 3 November 2008 - (neg) - (neg)
14. 4 November 2008 - (neg) 1/80
15. 5 November 2008 1/160 - (neg)
16. 6 November 2008 1/160 - (neg)
17. 7 November 2008 - (neg) 1/80
18. 8 November 2008 1/160 - (neg)
19. 9 November 2008 1/80 1/320
20. 10 November 2008 1/320 1/80






Tabel hasil pengukuran
LED, Diffcount, GDS, Cholesterol, Asam urat (AU), dan Urin
Pasien Rumah Sakit Jitra Bhayangkara
Bulan Oktober – November 2008

No Tanggal LED Diffcount GDS Chol AU Urin
1 22 Oktober 2008
2 23 Oktober 2008
3 24 Oktober 2008 48
4 25 Oktober 2008
5 26 Oktober 2008 288,2
6 27 Oktober 2008 190,6
7 28 Oktober 2008 132,1 6KAK/5-8/2-4/1-2/(-)
8 29 Oktober 2008 150 0/0/0/14/16/0
9 30 Oktober 2008
10 31 Oktober 2008
11 1 November 2008 75
12 2 November 2008
13 3 November 2008
14 4 November 2008
15 5 November 2008
16 6 November 2008
17 7 November 2008
18 8 November 2008
19 9 November 2008
20 10 Novemb 2008 8 0/2/0/36/60/2
21 11 Novemb 2008
22 12 Novemb 2008
13 Novemb 2008

4.2. Pembahasan
Dalam kehidupan manusia ada masanya merasakan senang, dan sedih. Begitu juga halnya dengan sakit dan sehat. Apalagi Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap penyakit seperti malaria, tipus, demam berdarah dan berbagai jenis penyakit lainnya. Hal ini dapat terjadi karena Indonesia merupakan negara 2 musim sehingga jenis-jenis penyakit dapat tersebar dari perubahan musim dengan cepat. Untuk mengetahui penyakit yang dialami dan dirasakan maka banyak orang mengadakan pemeriksaan yang dapat dilaksanakan di Laboratorium rumah sakit, puskesmas dan klinik. Pemeriksaan ini bertujuan mendiagnosa penyakit, namun pada umumnya pemeriksaan yang ada di Rumah Sakit ini yaitu pemeriksaan darah dan urin. Dari hasil pemeriksan ini maka dokter dapat memberikan bantuan berupa obat atau terapi kepada pasien.
Untuk pemeriksaan kimia darah dan widal test menggunakan serum, sedangkan pemeriksaan hematologi tidak menggunakan serum. Serum didapatkan setelah darah dicampur dengan antikoagulan yaitu EDTA kemudian disentrifuse, sehingga didapatkan sel-sel darah yang mengendap dan cairan yang berwarna kuning dibagian atasnya. Cairan inilah yang disebut dengan serum. Sebenarnya banyak antikoagulan yang lain. Namun pada umumnya EDTA yang paling sering digunakan, karena EDTA mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. EDTA bahannya mudah didapatkan
2. Harganya murah dan lebih ekonomis
Pemberian EDTA bertujuan agar darah tidak membeku, 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1 ml darah. Pemberian EDTA tidak boleh berlebihan karena akan menurunkan nilai hematokrit. EDTA yang sering dipakai berupa larutan 10 %, tetapi dalam pemeriksaan ini menggunakan EDTA yang berupa bubuk. Karena yang digunakan EDTA berupa bubuk, maka darah yang telah dicampur EDTA harus digoyang-goyang kurang lebih selama 1 menit, sebab EDTA kering lambat larut.
Hasil dari kegiatan praktek yang telah dilakukan selama berada di Laboratorium RS Bhayangkara Jitra Bengkulu dapat diuraikan sebagai berikut:



1. Pemeriksaan Hematologi
Untuk pemeriksaan Hematologi, terdapat istilah pemeriksaan darah rutin. Pemeriksaan ini meliputi : pemeriksaan Hb, Leukosit, LED, DDR (malaria) dan Widal Test.
Hemoglobin adalah protein konjugasi berupa pigmen merah eritrosit. Prinsipnya adalah darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan hemaglobin C lalu dari asam hematin diukur dengan alat spektrofotometer. Tujuan pemeriksaan hemoglobin adalah untuk menetapkan kadar hemoglobin dalam darah. Nilai normal Hb antara pria dan wanita berbeda. Pada pria adalah 14 – 16 g/dl, sedangkan pada wanita antara 12 – 14 g/dl, perbedaan ini mungkin disebabkan oleh volume darah antara pria dan wanita berbeda. Dari hasil pemeriksaan didapatkan nilai Hb yang bervariasi ada yang normal, lebih rendah dan tinggi. Nilai Hb yang rendah menunjukkan pasien menderita anemia.
Leukosit merupakan sel darah putih. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh, jika ada antigen yang masuk, maka leukosit akan menyerang antigen tersebut dengan cara memakannya (fagositosis). Nilai normal leukosit pria dan wanita 5000 – 10.000 per mikron (µl). Nilai leukosit dari data yang diperoleh dari pemeriksaan dari 20 hari pemeriksaan dengan 20 pasien teredapat 11 orang yang memiliki nilai leukosit normal. Itu menunjukkan bahwa 50 % pasien tersebut sedang mengalami infeksi, karena leukosit merupakan kekebalan dari tubuh manusia, jika dalam tubuh seseorang terdapat infeksi maka akan diproduksi leukosit dalam jumlah lebih tinggi oleh tubuh. Leukosir terdiri dari bermacam-macam sel dan juga dilakukan pemeriksaan, biasanya dilakukan penghitungan jenis (Diffcount).
Pada pemeriksaan diffcount nilai normal basofil (0-1%), eosinofil (1-3 %), batang (2-6%), segmen (50-70%), lymfosit (20-40%), dan monocyt (2-8%).
Pemeriksaan trombosit untuk mengetahui jumlah trombosit dalam darah. Fungsi trombosit salah satunya sabagai penyembuhan luka dengan membentuk benang-benang fibrin. Jika jumlah trombosit yang sedikit akan disertai pendarahan. Pada prakteknya penghitungan trombosit sangat sukar dilakukan karena mudah sekali pecah dan karena sukar dibedakan dari kotoran kecil. Pada pemeriksaan ini penghitungan trombosit dilakukan dengan cara tak langsung yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedang jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya.
Pemeriksaan malaria pada pasien hasilnya beranekaragam. Ada yang positif dan yang negatif. Dari data yang diperoleh 20 pasien yang ada dalam 20 hari terdapat 15 pasien hasilnya positif malaria. Hal itu tidak mengherankan karena Bengkulu merupakan daerah endemi malaria. Hasil positif ditunjukkan dengan ditemukan bentuk parasit dari plasmodium berupa ring falcifarum dan tropozoid. Untuk pemeriksaan pendarahan jika lewat dari 10 menit menunjukkan adanya suatu kelainan. Masa pembekuan yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk darah incinbcu lewat dari 20 menit dianggab abnormal.
Pemeriksaan widal Test adalah untuk pemeriksaan tipus, untuk menyatakan positif tipus yaitu dengan adanya aglutinasi. Aglutinasi ini diamati secara visual. Aglutinasi ini terdapat tingkatannya, jika butiran aglutinasi sangat kasar maka dituliskan 1/320, jika butiran aglutinasi sedikit halus dituliskan 1/160, dan jika butiran sangat halus dituliskan 1/80. meskipun nilainya berneda-beda, tetapi nilai tersebut menunjukkan bahwa pasien menderita tipus. Adakalanya pemeriksaan widal negatif, untuk pemeriksaan widal digunakan reagen Salmonella typhii O dan Salmonella typii H. Nilai-nilai tersebut terdapat dikedua reagen, atau salah satu reagen. Misalnya O : 1/320, H : 1/160, hal ini berarti pasien menderita tipus. Dapat juga nilai O dan H sama misalnya O/H : 1/320. Jika keduanya menunjukkan nilai yang tinggi, maka tingkat tipusnya tinggi, jika salah satu reagen bernilai negatif maka dapat dikatakan gejala tipus, misalnya O : 1/160, H : -(neg) atau O : - (neg), H:1/160. Dari data yang diperoleh dari RS Bhayangkara Jitra Bengkulu terdapat sedikitnya 7 pasien dalam 20 pasien yang ada yang positif tipus, pasien yang menunjukkan gejala 10 pasien dan 3 pasien yang menunjukkan negatif.
Pada bagian kimia darah yang banyak pemeriksaan yang dilakukan. Untuk pemeriksaan darah ada tiga macam cara yaitu : gula darah sewaktu, gula darah puasa dan gula darah post prondial. Pemeriksaan gula darah menggunakan spektrofotometer. Hasil pemeriksaan dan berbagai pasien sangat bervariasi ada yang bernilai normal, kurang dari normal dan ada pula yang melebihi nilai normal. Jika nilai yang diperoleh melebihi nilai normal (60-140%), maka pasien tersebut diindikasi menderita diabetes. Untuk memperkuat dugaan tersebut dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu gula darah puasa dan gula darah postprondial. Untuk gula darah puasa, pasien diharuskan puasa selama 10-12 jam kemudian darah pasien tersebut diambil dan dilakukan pengukuran. Selanjutnya pasien dibolehkan makan dan 2 jam setelah makan, darah pasien tersebut kembali diambil dan diukur. Jika nilai pengukuran lebih dari nilai normal berarti pasien tersebut sudah pasti penderita penyakit diabetes millitus.
Dalam pemeriksaan kimia darah pemeriksaan kolesterol juga dilakukan. Kadar kolesterol normal 125-250 mg%, jika sudah melebihi nilai normal maka harus diperhatikan pola dan menu makan. Kolesterol yang tinggi akan menyebabkan suatu penyakit. Menghindari dan mengatur pola makan akan lebih baik, seperti kuning telur harus dihindari karena dapat meningkatkan kolesterol. Salah satu kadar kolesterol tinggi adalah adalah batang leher atau sekitar bahu sering terasa pegal-pegal. Untuk mengurangi kolesterol yang tinggi dapat dilakukan dengan mengurangi makan-makanan berlemak dan banyak makan sayur dan buah-buahan segar.
Pemeriksaan Ureum dan Creatinin untuk mengetahui aktifitas ginjal, masih mampukah ginjal menyaring racun dengan baik atau tidak. Ginjal yang rusak tidak dapat menyaring racun dan racun ini nantinya akan menyebar ke seluruh tubuh dan mengganggu metobolisme tubuh. Pengukuran Ureum dan kreatinin menggunakan spektrofotometer. Jika nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan nilai normal dapat diartikan ada gangguan pada ginjalnya. Nilai normal untuk ureum : 10 – 50 mg % sedangkan creatinin, 0,6 – 1,2 mg/%.
2. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin rutin meliputi : jumlah urin, makroskopis (warna dan kejernihan), protein, glukosa, dan sedimen. Pemeriksaan warna urin dilakukan secara visual yaitu langsung melihat urin dan agak diterawang. Warna urin yang umum dijumpai pada pasien adalah kuning. Warna urin ini disebabkan oleh beberapa macam zat warna terutama urochrom dan urobilin. Disamping itu dipengaruhi oleh jenis makanan atau obat. Pemerikasaan kejernihan sama halnya dengan pemeriksaan warna urin. Hasil yang dijumpai ada yang jernih dan keruh. Penyebab kekeruhan seperti kekeruhan dan unsur-unsur sendimen.
Nilai derajat keasaman (pH) menggambarkan keadaan dalam tubuh, mungkin ada infeksi pada saluran kencing. E.coli biasanya menyebabkan urin asam. Reaksi pH urin ditentukan dengan menggunakan kertas indikator. Urin bersifat asam mengubah lakmus biru menjadi merah sedangkan urin basa mengubah lakmus merah menjadi biru. Urin netral tidak mengubah warna kertas lakmus baik yang merah maupun biru.
Protein dalam urin didasarkan timbulnya kekeruhan. Prinsipnya adalah terjadi endapan apabila direaksikan dengan asam (asam sulfosalisilat). Hasilnya dinyatakan dengan positif atau negatif. Hasil positif jika ada kekeruhan, dan negatif tidak ada kekeruhan. Harga normalnya adalah apabila reaksinya negatif.



























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Hb normal wanita adalah 12 -14 g/dl sedangkan pria antara 14 – 16 g/dl. Apabila dibawah atau diatas kisaran tersebut maka Hbnya tidak normal, maka orang tersebut biasanya mengalami suatu penyakit.
2. Dalam uji Hematologi kita menganalisis Hb, jumlah leukosit, Trombosit, Hematrokit, dan DDR (Malaria).
3. Uji Widal berfungsi untuk pemeriksaan penyakit tifus. Penyakit tifus disebabkan oleh Salmonella typhii. Jenis tifus yang diperiksa di RS Jitra Polda Bengkulu yaitu tifus tipe O dan tipe H. Titer standar yang menunjukkan pasien telah terinfeksi Salmonella. Typhii yaitu lebih dari 1/80 untuk anti O dan 1/160 untuk anti H.

Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama kurang lebih satu bulan di Laboratorium Rumah Sakit Jitra Bengkulu, disarankan agar dapat dilakukan kerjasama yang lebih baik lagi antara Universitas Bengkulu pada umumnya dan Jurusan Biologi FMIPA khususnya demi untuk meningkatkan potensi – potensi yang ada pada mahasiswa yang berkaitan dengan ilmu tersebut dan sekaligus menjadikan Laboratorium Rumah Sakit Jitra Bengkulu sebagai wahana untuk bersosialisasi ke dunia luar / dunia kerja serta sekaligus menjembatani untuk program kerjasama yang lebih riil yang bisa dibangun di masa mendatang. Dari pihak Laboratorium Rumah Sakit Jitra Bengkulu sendiri bisa lebih memanfaatkan keeksistensian UNIB, untuk bersosialisasi seperti melakukan seminar – seminar dan penyuluhan-penyuluhan untuk memperkenalkan tehnik-tehnik pemeriksaan yang baru.




DAFTAR PUSTAKA

F. Ganong, William. 1998. Fisiologi Kedokteran. Buku kedokteran. Jakarta

Kimball, John W. 1983. Biologi. Terjemahan Prof. Dr. Ir. H. Siti Soetarmi T. Erlangga: Jakarta.
Soebrata, R. Ganda. 1985. Penuntun Laboratorium Klinik. PT. Dian Rakyat ; Jakarta.

Guyton and Hall. 1997. Fisologi Kedokteran. Terjemahan dr. Irawati Setiawan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Anonim. 2005. Prosedur Tetap Kerja Laboratorium Rumah Sakit Jitra POLDA Bengkulu. Bengkulu

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta

Subowo. 1992. Histologi Umum. PUSAT ANTAR UNIVERSITAS ILMU HAYATI. INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG.

Pearce C. Evelyn. 1989. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta

Budiarso, I & APU., 2002. Terapi Auto Urin. PT. Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta.

www. geocities. Com, 2006

www. Irwandarmansjah. Web. Id, 2007

www. Prodia. Co. Id, 2006












CENTRIFUGE MIKROSKOP







OVEN RAK TABUNG REAKSI



MACAM REAGEN DAN PIPET MIKRON ROTATOR





SPEKTOFOTOMETER SWEALAB




LAPORAN HARIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU

Nama Mahasiswa : Irwan Baharuddin
NPM : F1D005029
Program Studi : Biologi
Fakultas : MIPA


No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan Paraf Pembimbing Lapangan


KERANGKA ACUAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2008

Lembaga/Perusahaan/Tempat PKL : Laboratorium Bagian Hematologi Rumah Sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu
Pendamping Lapangan : Mildasari, Am. AK
Alamat : Jl. Seruni Padang Harapan Bengkulu
Telepon/Hp/Fax/E-mail : 081367026281
Mahasiswa : Irwan Baharuddin
NPM : F1D005029
Semester/Tahun Akademik : VIII/2008
Alamat : Pond Annur, Gg 3 Unib Belakang, Bengkulu
Telepon/Hp/Fax/E-mail : 085267726074
Dosen Pembimbing : Dra. Rochmah Supriyati, M.Sc
Telepon/Hp/Fax/E-mail :
Judul/Tema/Topik PKL : uji hematologi darah dan urin di rumah sakit jitra bhayangkara polda bengkulu
Tujuan dari PKL : Melalui kegiatan PKL ini, mahasiswa universitas bengkulu diharapkan dapat mengembangkan potensi diri, mendapatkan pengalaman kerja sesuai dengan penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu juga menambah wawasan dan keterampilan bekerja dibidang laboratorium khususnya bidang analisis darah.
Perkiraan jangka waktu : Minggu ketiga bulan Oktober sampai minggu kedua bulan November


GARIS BESAR RENCANA KEGIATAN (JADWAL PER HARIAN)

Nama Mahasiswa /NPM : Irwan Baharuddin
NPM : F1D005029
Semester/Tahun Akademik : VII/2008
Prodi/Jurusan : Biologi
Nama Lembaga : Rumah Sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu
Topik :
No. Waktu Uraian Rencana Kegiatan Objek Target
1 Minggu ketiga bulan Oktober 2008 hari ke-1 Mengadakan survey ke tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) Pimpinan dan Staf Laboratorium Rumah Sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu Mengetahui kondisi tempat untuk mengadakan PKL terutama yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan
Hari ke-2 dan 3 Melengkapi administrasi dan sosialisasi dengan staf Laboratorium Ka. Lab RS Bhayangkara Jitra Polda Bengkulu dengan Staf Dapat beradaptasi atau bersosialisasi dengan lingkungan tempat PKL
Hari ke-4 Pengarahan mengenai tata tertib kerja/kegiatan di Laboratorium RS Jitra Bhayangkara Bengkulu Mahasiswa PKL dan Staf Laboratorium Mengetahui dan memahami peraturan kerja di Laboratorium sehingga mahasiswa dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang ada
Hari ke-5 dan 6 Pengarahan cara kerja dan pengenalan alat-alat yang akan digunakan dalam analisis darah Sample darah dan urine pasien, pembimbing lapangan, petugas laboratorium dan mahasiswa Mengetahui cara-cara menggunakan alat-alat Laboratorium dalam menganalisis sampel
2. Minggu keempat bulan Oktober 2008 hari ke-,2 dan 3 Meminta pengarahan, multikerja membantu laboran dan mencatat hasil pengamatan dalam menganalisis darah Sampel darah pasien, pembimb ing lapangan, petugas Laboratorium dan mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui cara pengujian darah dengan mengguanakan alat-alat yang digunakan dalam analisis darah
Hari ke-4,5 dan 6 Analisis sampel darah untuk uji DDR Sampel darah pasien Mahasiswa dapat mengetahui tekn ik dalam melakukan uji DDR pada darah pasien
3. Minggu pertama bulan November 2008 hari ke-1,2 dan 3 Analisis sampel darah untuk uji asam urat (uric acid) Sampel darah pasien Mahasiswa dapat mengetahui tekn ik dalam melakukan uji asam urat dalam darah pada pasien
Hari ke-4,5 dan 6 Analisis sampel darah untuk uji leukosit. Sampel darah pada pasien Mahasiswa dapat mengetahui tekn ik dalam melakukan uji leukosit darah pada pasien
4. Minggu kedua bulan November 2008 Melengkapi data hasil praktek kerja Mahasiswa PKL, Laboratorium Diskusi dengan pembiming lapangan dan petugas laboratorium di RS Bhayangkara Jitra Bengkulu

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah membaca dan menyetujui isi kerangka acuan PKL ini.



Mahasiswa





Irwan Baharuddin
NPM. F1D005029 Disetujui,
Pendamping Lapangan





Mildasari, Am. AK
NIP. K 10000280




Dosen Pembimbing




Dra. Rochmah Supriyati, M.Sc
NIP. 131 606 526 Kajur Biologi FMIPA




Drs. Syarifuddin, MS
NIP. 131 624 790













proses centrifuce darah pengambilan darah





Bersama karyawan Labor, MR, dan UGD